𝐃𝐫. 𝐒. 𝐉. 𝐄𝐬𝐬𝐞𝐫 : 𝐓𝐨𝐤𝐨𝐡 𝐒𝐞𝐣𝐚𝐫𝐚𝐡 𝐝𝐚𝐧 𝐀𝐡𝐥𝐢 𝐁𝐚𝐡𝐚𝐬𝐚 𝐌𝐨𝐫𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐞𝐫𝐥𝐮𝐩𝐚𝐤𝐚𝐧
Samuel Jonathan Esser, lebih dikenal dengan panggilan Tuan Esser, lahir di Kampen, Belanda, pada tanggal 26 April 1900. Ia adalah seorang peneliti dengan latar belakang ilmu sastra dan tata bahasa, yang kemudian ia lanjutkan melalui pendidikan doktoral pada tahun 1922.
Demi mendukung studinya, pada tahun 1923, Esser menulis surat kepada Dr. Adriani di Sulawesi untuk bergabung dengan NBG (Nederlands Bijbelgenootschap atau Lembaga Alkitab Belanda) dan mengerjakan studi bahasa di lapangan, khususnya di wilayah yang dikembangkan oleh Adriani, yakni Midden-Celebes (Sulawesi Tengah).
Setelah Dr. Adriani menyetujui permintaannya, Esser memulai perjalanannya ke Sulawesi Tengah, bekerja bersama Adriani dalam studi bahasa, khususnya bahasa Mori. Di sana, ia akhirnya menikah dengan Anganietje Tawalujan, seorang pemudi Minahasa yang menguasai bahasa Pamona.
Pada tahun 1927, Esser berhasil meraih gelar Doktor dalam bidang bahasa dengan predikat Cum Laude melalui karyanya “Klank- En Vormleer Van Het Morisch” (Teori Bentuk dan Bunyi Bahasa Mori). Kemudian, pada tahun 1933, bersama asistennya Betahia Herman Tumakaka, seorang bangsawan Mori dari strata Bonto, Esser menyelesaikan Jilid II dari bukunya Klank- En Vormleer Van Het Morisch.
Buku Esser “Klank- En Vormleer Van Het Morisch” kemudian menjadi pustaka utama yang digunakan oleh para peneliti bahasa Mori modern dalam menyusun berbagai karya ilmiah. Salah satunya adalah Alm. Bapak Laurentius Lingkua, BA, yang menjadikan tulisan Esser sebagai rujukan dalam buku-bukunya, antara lain:
- Wunta Penanido To Kerisituu I Wita Mori (WPM) – Tahun 2008
- Elu-Elu Gagi Dotoro – Tahun 2009
- Kamus Mori-Indonesia – Tahun 2012
- Kata Ganti Bahasa Mori (Pronoun) – Tahun 1969 (diolah kembali tahun 2010)
Selain memberikan kontribusi mendalam bagi tata bahasa Mori, Esser juga menulis beberapa karya lainnya, antara lain:
- Kamus Bahasa Bare’e (1928)
- Peta Bahasa-Bahasa Nusantara (1931)
- Tata Bahasa Ledo (1934)
- Kamus Ledo-Belanda (1938)
Esser kemudian mendirikan Yayasan Adriani-Kruyt di Manado sebagai wadah untuk mendukung penelitian bahasa dan kebudayaan.
Namun, pandangan politiknya yang konservatif, termasuk penolakannya terhadap pergantian pemerintahan, membuatnya menghadapi kesulitan selama pendudukan Jepang. Esser bersama asistennya, B.H. Tumakaka, akhirnya ditangkap oleh Jepang. Tumakaka dieksekusi mati pada 26 Desember 1942 di Kendari, sementara Esser sendiri mendekam di kamp penjara Jepang hingga akhir hayatnya pada 14 April 1944.
Hingga kini, Esser dikenang sebagai sosok penting dalam bidang bahasa dan penerjemahan Alkitab di Indonesia. Dedikasinya terhadap studi bahasa dan budaya terus memberikan pengaruh bagi generasi selanjutnya.l
Oeh karena itu, bagi saya dan kita semua, penting untuk mengenang dan menghormati Dr. Esser sebagai tokoh berpengaruh dalam kebudayaan, khususnya dalam studi bahasa Mori.
𝐎𝐥𝐞𝐡:
𝐂𝐚𝐭𝐫𝐚 𝐋𝐢𝐭𝐫𝐢𝐚 𝐋𝐢𝐧𝐠𝐤𝐮𝐚
(Dirangkum dari berbagai sumber).
Ket Foto :
- Dr. Esser bersama isterinya
- Sampul dalam buku "Klank- En Vormleer Van Het Morisch"
- Alm. Bapak Laurentius Lingkua, BA